ads here

Menjelajah Kata - Gendhuk Rita

advertise here
Menjelajah Kata - Pada kesempatan kali ini saya akan menshare sedikit dari karya saya untuk dapat dinikmati oleh para pengunjung semua. Oke langsung saja simak karya saya berikut ini.
Menjelajah Kata


Tempa
By : Gendhuk Rita

Dengan sempoa yang sudah tanggal beberapa giginya, aku dan kau akan mendampingi Senja, anak aku dan kau, belajar matematika.
Bukan, bukan tak mampu membeli yang baru. 

Tapi kau telah berencana mengajarkan cara bertahan padanya sebelum aku kau minta dari bapakku.

Aku mengerti dataran juang di kepalamu.

Nasi kotor di sekolah taruna, dan pohon sawit yang besar karena pupuk.

Kau tak mau Senja kau dan aku mengering, mati disantap kemarau, biarpun hujan selalu turun dan mata air senantiasa mengalir.

Sebab pada sawah serta ladang yang basah, rumput lahir di atas bumi punya tanah.

Rimba

By : Gendhuk Rita
Terpetiklah mawar itu beserta tangkainya. Duhai. Mawar rimba kah ia? Maha Suci Tuhan yang menumbuhkannya di tengah semak belukar. Mengapa kau memetiknya, Anak Muda? Tidakkah terbersit di benakmu betapa pohonnya bergelut dengan keras dan liarnya hidup di sana hingga akhirnya ia mampu memekarkan bunga? Mengapa enggan kau biarkan semesta memangku dan merengkuh keelokan serta harumnya sampai waktu gugur itu tiba ?

Tak kuelakkan engkau bergelut dengan penyesalan selepas aku bertanya demikian. Karena engkau sadar, mawar itu akan segera layu kemudian. Pun tak akan pernah kembali seperti sedia kala meski kau kembalikan ia ke batangnya. Sesal terkesiap, membuat bendung air itu memenuh lantas meluap. Samar kau dengar endap langkah kaki menderap, menjelas saat suara semesta bertiarap. Namun waktu berjalan tak kunjung engkau jumpai adakah derap itu menjauh entah mendekat. Wahai. Duli Tuhan. Lihatlah kesilapan itu membawa risau menambat gelisah pada titah Engkau. Membuatnya tersengguk bagai habis tersayat pisau. Gusar ia pada diri sendiri.

Menakutkan hati atas murka-Mu pada lalai tingkah dari batang rambut hingga ujung jemari kaki.
Menghadaplah engkau. Maharajamu itu sungguh membentang ampunan tak terkata. Hendaklah engkau meyakininya. Pergilah. Jemput dan ambillah pohon mawar yang terkisah. Tunaikan, tugasmu menyelamatkan ia dari semak belukar, sebagai pertanggungjawabanmu. Lalu pulanglah. Rawat ia di depan rumahmu. Berbatas satu di antara kalian habis waktu. Tak patut engkau menyampak sebab jenuh atau esok lusa ia tak dapat lagi berbunga. Tempuhlah jalan benar dengan genggam erat petuah. Mengadu engkau kala hari berpagut gelap. Mengair matamu mengiring tiap-tiap kata dalam doa yg terpanjat kala bunyi-bunyi menjadi senyap. Rasalah dekap kasih Maharajamu melingkar menyimpul hati pun hidupmu erat sangat.


Nah itulah beberapa karya saya yang dapat saya share pada kesempatan kali ini. jangan lupa tinggalkan komen dan selalu kunjungi website ini untuk update karya saya lainnya.

Semoga bermanfaat.
Advertisement
BERIKAN KOMENTAR ()